Thursday, 8 May 2025

Dilatasi Waktu

A few days ago, I watched the movie Interstellar and suddenly, for some reason, I was reminded of my late mother. I found myself wondering how she was doing, what she might be doing there, whether she was happy and if she no longer felt any pain. I also wanted to ask her those questions that Sal Priadi sings in his song Gala Bunga Matahari. I pondered the time difference between Earth and the place where my mother is now. Then I began thinking about the concept of this bending of time, known in physics as time dilation. 

In Interstellar, Cooper and his team land on Miller’s planet, a world near a supermassive black hole named Gargantua. Due to its proximity to such immense gravity, time on the planet moves far more slowly. One hour on Miller’s surface equals seven years on Earth. When Cooper returns to the ship, decades have passed for his daughter Murph, who is now a grown woman grappling with the legacy of her father's absence. I also remembered similar moment when I used to watch an old Indonesian TV series called Jin dan Jun. There was a moment when Jun was taken sightseeing by Uncle Jin to 'Uncle Jin’s world' for just a few minutes, while in the real world Jun lived in, he had already been declared missing for several days. 

The scene doesn’t just depict time dilation, it feels like it. It’s a haunting reminder that in the cosmos, time is not what it seems. Yet, what may surprise, this bending of time is not new to human storytelling. Centuries before Einstein, and far from the reaches of interstellar space, a similar tale unfolded in a desert cave; Ashabul Kahfi.

The Qur’an (Surah Al-Kahf, 18:9-26) tells the story of young believers who fled persecution and took refuge in a cave. There, by Allah Azza wa Jalla will, they fell into a deep sleep. When they awoke, they assumed they had slept only a day, or part of one. But in truth, three centuries had passed. The world outside had changed, kingdoms had fallen, and faith had found a new dawn. Like Cooper’s journey through Gargantua’s warped time, the story of Ashabul Kahfi illustrates a subjective experience of time drastically different from that of the outside world. In both tales, sleep or time dilation, is a form of preservation. For Cooper, it’s the price of exploration; for the Sleepers of the Cave, it’s divine protection.

Time dilation, when viewed through both Interstellar and the tale of Ashabul Kahfi, is not just about clocks ticking differently. It’s about what we do with the time we’re given, and what happens when we find ourselves out of sync with the world we love. Whether through the lens of a telescope or the eye of the heart, these stories remind us that time is not always linear, nor fair, nor fully understood. It can separate fathers from daughters, believers from their age, explorers from their homes, but it also connects them through love, faith, and purpose.

Perhaps that’s the final lesson of time dilation, not just that time can stretch, but that meaning can stretch with it. And in those stretched moments, whether seconds or centuries, something eternal might just be waiting. So, Mama, is it true? Adakah sungai-sungai itu benar-benar dilintasi dengan air susu? Juga badanmu tak sakit-sakit lagi? Kau dan orang-orang di sana muda lagi? Semua pertanyaan temukan jawaban? Hati yang gembira, sering kau tertawa? Benarkah orang bilang Ia memang suka bercanda?

Al Fatihah

Friday, 25 April 2025

Ujian Sertifikasi Ahli Kepabenaan

Hari Ujian Sertifikasi Ahli Kepabeanan itu tiba ...

Sempat ingin mundur dan memilih untuk ujian di periode berikutnya di bulan Juni, karena merasa waktunya mepet sedangkan materi yang dikuasai rasanya belum cukup banyak. Tapi Paksu menyemangati untuk tetap daftar ujian di bulan Februari.

Ikhtiar langit ga putus-putus, ikhtiar duniawi dikebut beberapa hari sebelum ujian. Belajar di masa berduka rasanya ga sanggup, sempat skip kelas beberapa kali karena semangat menjalani hidup dengan legowo naik turun. Lelah pikiran, lelah mental, lelah psikis, belum lagi gerd yang sering kambuh sampe masuk IGD. Masih ga percaya udah ditinggal Mama selamanya.



Dihari sebelum ujian baru tidur jam 2 pagi, karena ngereview sisa materi yang belum sempet dibaca lebih dalam, ngereview latihan soal, ngreview hafalan Undang-Undang Kepabeanan yang segambreng itu, dan yaa bintang utamanya ngereview perhitungan Nilai Pabean dan teman-temannya. Pagi itu rasanya ngawang-ngawang, kepala berat, ngantuk, belum sempet sarapan pula.

Biaya diklat modal sendiri, biaya ujian modal sendiri, yuk bisa yuk lulus yukkk. Yang lain mungkin ada yang diklat dan ujiannya dibiayai oleh perusahaan, dan pressurenya pasti jauh lebih berat. Soal pertama yang aku kerjakan adalah soal essay, ngeri weh kalo ga cukup waktunya karena mesti ngetik panjang lebar sedangkan kalimat ga bisa copy paste. Alhamdulillah, waktu ujian cukup, bahkan masih ada sisa waktu untuk cek ulang apa semua soal udah diisi dan ada beberapa nomor yang sempat ganti jawaban karena masih ragu-ragu. Selesai ujian, wooghhhh rasanya aku ingin tidur yang lelap selelap-lelapnya. Tapi ternyata ga bisa, karena begitu ujian selesai, langsung cuss liburan, di mobil pun ga bisa tidur, tapi gpp, yang penting bisa melepas penat horeeeee, terima kasih Paksu❤️

Setelah ujian selesai, udah komitmen sama diri sendiri, ga akan bahas dan mengingat soal ujian tadi, karena soalnya susah dan ga yakin lulus :) Ga heran orang-orang bilang ujian sertifikasi ahli kepabeanan itu susah, rate kelulusannya aja katanya dibawah 20%. Ga cukup 1x ujian terus langsung lulus, ada yang baru lulus di ujian ke-2 atau ke-3. Ditambah lagi obrolan di grup PPJK soal PPN 12% wkwkwkwk tambah kusut weeehhh, langsung bilang ke Paksu "Kayaknya aku ikut ujian selanjutnya deh (ujian ke-2) soalnya nilai essay aku pasti rendaaahhhhh karena hitungan PPN aku salah", sedangkan Paksu dengan positivity nya "Udah serahin aja ke Allah". Baiklah... Anyway pengumuman hasil ujian 28 April lama ya cyiinnnn, padahal pengumuman hasil ujian periode sebelumnya ga sampe 2 bulan.

Tiba-tiba di 23 April ada chat masuk digrup PPJK dan itu adalah hasil pengumuman ujiaaannnnn. Tangan gemeter, ragu-ragu mau liat hasilnya sekarang atau nanti-nanti aja. Akhirnya memutuskan untuk buka filenya dan perlahan men-scroll tiap halaman sambil ngomong ke diri sendiri "Kalo ujian pertama belum lulus gapapa ya, yang ikhlas, orang-orang aja pada ujian berkali-kali baru lulus, coba lagi ujian berikutnya ya" Sampailah di daftar nama awalan huruf E..... dan Ya Allah Alhamdulillah ada namaku disitu, aku lulusssss. Setelah cek nilai di akun KLC dan nilai rata-ratanya 79.5, nilai PG 75 nilai essay 84, MasyaAllah. Nangis, bener-bener ga expect lulus, paginya abis ngisi data online buat ikut ujian kali kedua. Alhamdulillah 'ala Kulli Hal, terima kasih Ya Allah :')

Bener-bener sentimental karena di waktu lampau aku pernah ngomong ke Mama kalo someday aku mau jadi Ahli Pabean, mungkin itu kenapa -sebelum Mama berpulang- selalu bertanya kapan aku mulai sekolah kepabeanan karena ga jadi terus. Maaaa, aku udah lulus ujian Sertifikasi Ahli Kepabeanan Ma :'''')

         
       





Friday, 17 January 2025

Antara Aku, Kepabeanan, dan Skenario Tuhan



Assalamualaikum Ma...

I miss you a lot Ma, Al Fatihah. Aku mau update kehidupanku ke Mama. Aku abis kelas online, subjek materi malam ini masih HS code, pusing Ma hahaha, kepala rasanya ngebul, banyak dan luas banget ilmu kapebeanan tuh MasyaAllah. Sebelum Mama berpulang, Mama beberapa kali bertanya, kapan aku mulai sekolah kepabeanan. Tepat 1 bulan diklat berjalan, Mama berpulang. Salah satu doa terakhir yang aku minta dari Mama, doakan aku lulus sertifikasi ahli pabean tahun ini. Semoga ujian sertifikasi nanti aku bisa mengerjakan dengan baik dan lulus ya Ma, Aamiin. Dan yang ga kalah penting menguasai ilmunya sampai kedalam-dalamnya, Aamiin Ya Robbal Alamiin... 

Selesai kelas online, aku buka tumblr Ma, akhir-akhir ini sering buka tumblr, barusan tadi aku scroll tumblr page sampai postingan paling pertama di tahun 2010 sambil dengerin lagunya bubble sister. Reminiscing, it feels good Ma, ngeliat celotehan-celotahanku, curahan hatiku, reblog yang relate dengan mimpi-mimpiku. Mimpi-mimpiku yang masih on the way, jadi lebih semangat lagi untuk meraihnya satu-persatu Ma💪🏻🥰

Ma, masuk bulan ke-2 diklat kepabeanan, aku baru menyadari sesuatu dan membuat aku merinding. Betapa Allah Maha Merencana, The Best Planner. Mama inget ga, setelah lulus SMP tuh aku kepengen banget masuk SMK, sebegitunya aku kepengen masuk SMK jurusan akuntansi. Aku udah bikin short-term life mapping, aku mau masuk SMK 14, saat itu SMK 14 adalah salah satu SMK yang jurusan akuntansinya terbaik di Jakarta. Dengan nilai UN aku saat itu 28,20 yang menurut guru-guru di sekolah, aku bisa masuk SMA 21, SMA 68, tapi aku bener-bener ga minat. Aku cuma mau masuk SMK. Tapi sayangnya Mama menolak keinginan aku saat itu, Mama ga setuju aku masuk SMK. Saat itu rasanya sedih banget. Jadi saat itu aku ikut aja kemauan Mama, masuklah aku di SMA Negeri pilihan Mama.

Kelas 1 SMA, mental rasanya amburadul banget, karena masuk SMA bukan keinginan aku, nilai hancur lebur. Awal awal semester, setiap pulang sekolah kerjaannya nangis. Udahlah masuk sekolah yang ga sesuai keinginan, nilai juga jeblok. Bohong kalo aku bilang aku ga peduli soal nilai Ma, luarnya aja masa bodoh dengan nilai yang jeblok. Padahal mah tiap malem kepikiran juga, bisa-bisanya matematika remedial mulu. Tapi ya begitulah ya Ma, roda kehidupan berputar. Waktu SMP, juara umum 3 tahun berturut-turut, begitu masuk kelas 1 SMA, remedial adalah teman karibku wkwkwk🤣


Alhamdulillah kelas 2 SMA, aku mulai kembali on track, ikhlas dengan yang sudah terjadi. Kembali jadi Erina yang tekun dan gigih. Ayah dan Mama ga pernah sama sekali nuntut aku untuk punya nilai bagus, ga pernah nuntut aku untuk berprestasi. Tapi yang aku rasain kalo nilai ga sesuai harapan tuh nelangsa banget, dan masih berlanjut sampai dibangku kuliah. Inget ga Ma, waktu itu nilai mata kuliah komunikasi bisnisku dapat nilai D. Aku bingung, ku tatap nanar itu KHS, merenung dimana yang salah, padahal UTS dan UAS kayaknya fine-fine aja, absen juga masuk terus. Siang itu langsung SMS dosennya panjang lebar dan bertanya alasan nilai saya D, apa yang bisa saya lakukan agar nilai saya lebih baik. Ga langsung dapat respon saat itu, tambahlah nelangsa, sampai akhirnya nazar, kalo nilainya berubah lebih baik, nazar khatam Al Qur'an dalam sebulan, saat itu pas mau masuk bulan Ramadhan. Alhamdulillah, kata dosen ternyata salah input, nilai yang benar itu A. Tapi Alhamdulillah ada hikmahnya, khatam Al Quran.

Soal keinginan masuk SMK, kayaknya aku ga pernah ngasih tau ke Mama alasan aku kepengen banget masuk SMK. Mama tau alasannya? Karena aku kepengen banget masuk STAN. Dimana relasinya? Karena saat itu yang ada dipikiranku, STAN itu penuh dengan per-akuntansi-an. Dengan aku masuk SMK, harapannya aku lebih siap dengan serba-serbi akuntansi. Sampai akhirnya lulus SMA, aku tetap persiapkan diri untuk ujian masuk STAN. Kata orang, masuk STAN itu susah banget dan kuliah disana pun sangat ketat, dikit-dikit DO. 
Tapi itu ga menyurutkan semangatku untuk masuk STAN.

Kenapa aku kepengen banget masuk STAN, dipikiranku saat itu lulusan STAN pasti terjamin lapangan pekerjaannya, jadi ASN bea cukai yang kayaknya tuh masa depan pasti cerah xixixi, dan kuliahnya gratis hehe. Inget ga Ma, Aku sampe ikut bimbel khusus masuk STAN, ngekos di bintaro (pertama kalinya ngerasain ngekos), meskipun rasanya berat buat Mama untuk ngelepas aku ngekos. Fase ngekos persiapan ujian STAN saat itu bener-bener memorable Ma, menyusuri STAN dari gerbang bintaro sampe gerbang ceger jalan kaki dalam keadaan puasa, tengah hari bolong. Hampir aja nyerah, karena saking panasnya dan kehausan. Hari itu hari puasa nazar terakhir (nazar puasa kalo berhasil masuk universitas negeri) Alhamdulillah ya Ma, aku lolos masuk universitas negeri, berkat doa Mama. Tapi emang manusia ga pernah puas, udah lolos masuk universitas negeri, masih juga nyoba ujian masuk STAN. Ya gimana ya, jauh sebelum ada SIMAK UI, SMB, SNMPTN dll, masuk STAN adalah impianku🥺

Namun pada akhirnya, jadi mahasiswi STAN bukan skenario terbaik untukku menurut Allah. Inget ga Ma, aku sampe ga nafsu makan, rasanya kayak kecewa banget sama Allah, kenapa udah usaha sedemikian rupa tapi ga lolos masuk STAN. Astaghfirullah Al Adzim, ampuni hamba Ya Allah. Kehidupan harus terus berjalan, aku kubur cita-cita untuk masuk STAN, bye bye👋🏻 Kemudian mulai masuk kuliah di UNJ, aku ketemu para sahabat yang baik hati, yang sampai hari ini kami masih tetap berkomunikasi, MasyaAllah. Mereka selalu hadir disaat-saat lowest pointku Ma, termasuk menemaniku dihari Mama berpulang.

Beberapa hari lalu, aku seperti diberikan gambaran besar dan gamblang Ma, alasan mengapa Allah ga luluskan aku masuk STAN dan jadi umbi. Ini para ASN sendiri yang melabelkan diri mereka umbi-umbian ya Ma😅 Setelah membaca thread di twitter mengenai sisi gelap ASN, aku mulai memahami dan menyambungkan titik yang satu dengan titik-titik lainnya, Allah sebenar-benarnya The Best Planner.


Ma, tanpa sadar, pekerjaan yang aku jalani setelah lulus kuliah, sampai mulai berkarir lagi setelah career break, sampai hari ini, membawaku dekat dengan hal yang aku sukai. Mentor diklatku semua lulusan STAN Ma, ada yang staf bea cukai, ada yang staf kemenkeu. Aku yang dulu berpikir bahwa STAN itu ruang lingkupnya akuntansi dan pajak aja, ga pernah terpikirkan kalo ekspor impor dipelajari juga di STAN dari sisi kepabeanannya, yang ternyata berkaitan erat dengan ekspor impor in whole package. Alih-alih merasa bahwa akuntansi adalah kesukaanku. Subjek kepabeanan, ekspor impor ini jauh lebih aku senangi, sesuai dengan passionku. Dan tanpa sadar Allah sudah men-skenariokannya sejak Agustus 2014, pertama kalinya masuk dunia ekspor impor lewat industri shipping.

Dulu sempet wondering, apa ya Ma alasan Allah masukin aku ke UNJ, jurusan pendidikan pula, apakah jadi guru? Tapi ternyata bukan. Kepengen jadi market research analyst, tapi ga sanggup sama overtime-nya. MasyaAllah, Allah Maha Baik. Aku sekarang paham Ma, meski butuh bertahun-tahun untuk tau arah skenario Allah dan khayr dibalik ketetapanNya. Bismillah aku siap jadi ahli pabean yang berkah dan bermanfaat, jauh dari hal-hal mudharat dan munkar. Doaku dengan pencapaian menjadi ahli pabean, hal tersebut baik untuk dunia dan akhiratku, Aamiin Ya Robbal Alamiin...

Oh ya Ma, kemarin pagi petinggi Qatar mengumumkan gencatan senjata permanen. Alhamdulillah Allahu Akbar, semoga kali ini begundal-begundal itu tidak ingkar ya Ma. Palestine will be free. Aamiin Ya Robbal Alamiin...
 
Good night Ma❤️